Jumat, 14 November 2014

sekolah alam

Hai Jumat!
Hari ini seperti biasa dengan pagi ibadah kemudian nganterin tahu bakso di kampus. Hari ini aku punya jadwal untuk diminta tolong Ijah untuk nganterin dia ke sekolah alam untuk penelitian skripsinya. Letaknya di nitiptayan dan tepat beberapa minggu lalu saya dan teman habis survey daerah tersebut. Alhasil ga pake nyasar dan kita ke tempat tersebut.
Bertemulah kita dengan pendiri dan pengelola sekolah alam tersebut. Atas bantuan mbak novia kita bertemu dengan bu Wahya di rumahnya. Rumah asri, damai, pinggir sawah dan bahkan beberapa dari kami menanyakan jalan ke  parkiran, jalan ke rumahnya dan juga jalan ke sawah. Sungguh pemandangan yang menarik karena ini temuan pertama kita.
Salam. Nama sekolah yang kepanjangannya sanggar anak alam, dimana awalnya sanggar ini bukan dibuat secara langsung, namun secara alamiah terbentuk dan kemudian berkembang hingga sekarang. Berawal dari sejarahnya bu wahya mengembangkan di banjarnegara, dan tersebutlah pertama kali nama SALAM atas pemberian dari anak-anak tersebut. Kemudian karena merasa perlu migrasi, akhirnya beliau dan keluarga harus berpindah ke Jogja pada tahun 2000, dan pada titik itu pula ibu wahya menjadi ketua rt dan jiwa atau kecintaan pada pendidikan pun muncul kembali. Akhirnya pada tahun tersebut lah, berawal dari anak-anak yang berkumpul untuk pelatihan remaja suka berkumpul di rumahnya, yang akhrinya karena anak-anak tersebut suka datang dengan membawa PR mereka, akhirnya muncullah ide untuk mengembangkan sekolah yang sesuai dengan umur mereka.
Tingkat playgroup menjadi awal mula kegiatan sekolah tesebut, dengan bimbingan dan juga dukungan kepada orang tua murid, menjadikan sekolah ini semakin lama semakin berkembang dan berkembang hingga tingkat SMP. Sungguh perjalanan yang sangat panjang jika diceritakan di blog ini mengenai perjalanan yang sungguh hebat bagi seorang ibu yang konsen pada pendidikan hingga 14 tahun ini.
Ibu wahya, sungguh saya kagum dengan beliau, betapa menyenangkannya kehidupan dari sebuah ketegasan untuk membuat perubahan. Setelah saya Tanya latar belakang ibu tersebut, ternyata benar bahwa ibu tersebut mendapat didikan yang begitu kuat pada dirinya, sehingga beliau bisa menjadi setangguh dan sehebat itu. Terlepas dari segala kekurangannya, saya belajar banyak mengenai kehidupan. Ibu berkata, bahwa dasarnya sekolah tersebut muncul karena adanya keprihatinan terhadap sekolah formal dimana kurikulum maupun pendidikannya banyak yang tidak sesuai dengann kondisi anak seusia mereka. Selain itu, ibu tersebut sudah mengembangkan kurikulum maupun silabus yang saat ini mirip ktsp13 sejak sebelum kurikulum tersebut launching di pemerintah.
Selain itu, sudah sejak muda, ibu wahya menjadi aktivis khususnya dalam bidang kemanusiaan dan juga pendidikan, sehingga darah membantu dan bermanfaat bagi sesame telah menjadi prinsip yang kekal didalam batinnya. Saya salut katika bertemu dan berbicara dengan ibu tersebut, sangat mudah untuk mengerti alur dan apa yang perlu saya dengan maupun tidak. Tata Bahasa cerita yang indah menajadikan setiap kata yang diceritakan merupakan hal yang memang perlu saja. Bahkan untuk selama berbicara, ibu bahkan jarang menceritakan mengenai hal pribadi kecuali itu penting dan kami tanyakan. Kami bahkan tidak tahu sebelumnya lulusan apa, suaminya kerja apa, anaknya kerja dan tinggal dimana. Sungguh obrolan yang sangat efektif. Dan hal yang menyenangkan lain adalah petuah petuah kehidupan maupun prinsip-prinsip yang ibu miliki menjadikan pelajaran dan nasehat saat bercerita.
Pemikiran yang paling saya sukai adalah ketika bu wahya bercerita mengenai pengembangan sekolah alam ini lebih lanjut. Beliau berkata, “bebas saja mengembangkan sekolah alam, mau buka cabang disana disini, boleh saja. Tetapi kan tidak semua tempat memiliki kemampuan yang sama. Disini menyenangkan karena selain keluarga mendukung saya, warga masyarakat disini juga mendukung dan kondusif dalam pengembangan ini. Jadi tergantung tempat disana punya apa dan bisa mengembangkan apa.” Begitu kata beliau ketika banyak permintaan untuk mendirikan sekolah salam di tempat lain. Dan benar sekali, bahwa di kampung nitiprayan merupakan daerah yag masih asri, tempatnya masih sawah asli (tanpa harus membuat sungai buatan) dan juga lingkungan seniman yang ada disini membuat potensi-potensi itulah yang menjadikan sekolah ini kondusif.
Sesuai banget sama pelajaran planner, bahwa dalam pengembangan daerah tidak dapat sama dari satu tempat ke tempat lain, namun bergantung pada potensi maupun permasalahan yang ada di tempat tersebut. Pemikiran-pemikiran yang kaya wawasan inilah yang membuat saya makin kagum, karena banyak orang yang biasanya sudah terkenal sangat mudah untuk menjadikan hal tersebut produk kekayaan maupun aji mumpung. Bahkan beliau menegaskan bahwa sekolah alam ini murni karena kekhawatirannya dalam dunia pendidikan, bukan karena ingin mendapat keuntungan, dan beliau juga tidak mau ajimumpung karena semua hanyalah tiitpan.
Pelajaran yang sangat indah dari seorang ibu yang juga baru saja mendapat penghargaan dari tupperwar she can! Dan beberapa penghargaan lainnya dari media cetak. Harapannya aka nada ibu wahya ibu wahya lain yang berani mengambil keputusan tegas dan tetap andhap ashor, membumi perilakunya, tidak aji mumpung, tidak sombong dengan segala apa yang telah ia dapat, serta yang menjadi pelajaran yang paling penting, bermanfaat bagi sesamanya.
Ditulis ketika begadang,, keesokan harinya 15/11/2014 di wirobrajan.

0 komentar:

Posting Komentar