Akhir akhir ini
saya tidak suka menonton tivi, entahlah, saya juga hampir ragu dengan berita
televisi dimana dengan adanya banjiir yang saat ini sedang menjadi topik utama,
membuat mereka beromba lomba menjadi nomor satu dalam pemberitaannya, tapi
sungguh terkadang berita tersebut dilebih-lebihkan dan juga tidak di imbangi
dengan kemampuan jurnalisitik yang ada. Contohnya kemarin saya membaca artikel
online dimana seorang gubernur sangat marah akibat penyelewengan perjanjian
dalam interview tersebut. Selain itu reporter televisi tersebut terlihat sangat
tidak pandai dalam menyampaikan beritanya dan membuat narasumber merasa
terpojokkan. Sunguh kecewa setelah membaca itu, namun saat ini saya hanya mau
menonton televisi berita yang saya percaaya.
Sore ini saya menonton
berita di kompas tivi, kasihan sama kejadian banjir yang menimpa jakarta, namun
yang saya lebih soroti adalah permasalahan waarga jakarta yang tidak mau pindah
ke rusunawa dengan alasan tidak mau pisah dengan harta bendanya. Selain itu ada
juga yang meminta mentahnya
dibandingkan dipindah. Padahal kenyataannya rusunawa tersebut sangatlah bagus,
punya fasilitas lengkap, mungkin memang jauh karena rusunawa tersebut tidak
banjir. Coba kalau rusunawa dekat dengan permukiman mereka, pasti rusunawa juga
kena banjir dong? Ohya kenyataan lain adalah mereka tinggal di bantaran sungai,
dimana setiap tahun pasti kena banjir. Sudah tidak aman, tidak nyaman karena
sempit, dan juga kawasan yang sangat padat.
Saat banjir selain
saya melihat air, saya juga melihat sampah dimana-mana, lumpur juga tak urung
ikut memenuhi kawasan banjir. Terlihat kotor, tentu, namun ketika saya melihat
masyarakatnya, mereka tak urung untuk mau dipindahkan. Sungguh sebenernya saya
bingung, ketika Jakarta, yang sejak lama sudah memiliki permasalahan seperti
itu, tapi sampai saat ini masih belum terselesaikan. Kemudian ada solusi yang
baik, tapi masyarakatnya gak mau.
Ketika adanya
pemilihan gubernur, semua menginginkan hal yang sama, Jakarta tanpa banjir,
Jakarta tanpa macet. Namun apa yang terlihat saat ini? Dengan kepala
pemerintahan yang baru, semua ditangani dengan cepat, saya cukup terkesan
dengan gaya ‘blusukan’ yang dimiliki
Jokowi. Misalnya saat itu saya baca di twitter,
renovasi bangunan tersebut PU meminta waktu selama 1bulan, namun dengan adanya
Jokowi yang langsung turun ke jalan, renovasi tersebut hanya memakan waktu 5
hari ! sungguh betapa beruntungnya Jakarta memiliki gubernur yang baru ini.
Mungkin belum dapat menyelesaikan semuanya, namun setidaknya dari yang sedikit
lebih terlihat baik dibandingkan hanya berbicara.
Dan yang sangat
saya sayangkan adalah masyarakatnya. Please deh, (kalau bahasa gaul saya) sudah
diberikan solusi rusunawa, sudah cepat penanganannya, namun mengapa mereka
masih enggan untuk mendengarkan dan mengikuti sarannya?harta?apakah kalau
kalian meninggal harta akan dibawa mati?
Menurut saya (yang
punya ilmu sedikit ini) merupakan moment yang tepat untuk merombak Jakarta. Bukan hanya solusi banjir, tapi jika ini semua
dapat berjalan dengan baik, kerjasama yang baik antara Pemerintah dan
masyarakat, maka saya yakin Jakarta akan lebih baik dan InsyAllah tidak akan
terulang kembali masalah banjir tersebut.
Berdasarkan dosen
saya, Mr. Agam Marsoyo, bencana itu bukanlah suatu masalah, namun akan menjadi
masalah jika bencana tersebut berada di tengah kota atau bencana tersebut
menelan korban. Contoh, longsor di gunung akan menjadi masalah jika longsor
tersebut berada di pegunungan (wonosobo, puncak, dll). Dengan adanya bencana
ini saya semakin meyakini, perencanaan bukanlah suatu profesi yang mudah.
Planner haruslah dapat mengayomi masyarakatnya, harus dapat membuat kebijakan
yang dapat dipercaya oleh warganya. Selain itu perencana juga harus memiliki
banyak ilmu, banyak faktor yang harus dilihat, atau bahasa kerennya adalah multidisipliner.
Yah teryata tidak
semudah itu, saya akhir2 kemarin juga membaca. Berhati-hatilah kalian sebagai
planner, karena apa yang terjadi saat ini merupakan akibat dari perencanaan
masa lalu, sehingga apa yang kita rencanakan hari ini, maka juga harus
memikirkan akibatnya pada hari esok.
Semua ini dinamis, tak pernah ada standar tertentu dalam merencanakan
suatu daerah, karena setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Kita
harus dapat memasuki daerah tersebut, harus dapat membaur bersama objek
perencana kita. Objek perencana kita bukan hanya benda mati (bangunan
kota,transportasi,dll) namun kita juga turut merencanakan manusia di dalamnya.
Sekian semoga dapat
menjadi renungan :D salam planner !
Kamar,
Kamis, 24 Januari
2013, 18:02
jakarta enaknya dibangun ulang meg, jakarta tuh luas loh hahaha
BalasHapusecoearth
BalasHapusberpikir pada solusi bukan berpikir pada masalah
harus tau masalah dulu baru bisa mencari solusi. solusinya?harus ada integrasi dari pemerintah dan masyarakatnya :)
BalasHapustrims sudah mampir