Senin, 28 Januari 2013

merombak jakarta


Akhir akhir ini saya tidak suka menonton tivi, entahlah, saya juga hampir ragu dengan berita televisi dimana dengan adanya banjiir yang saat ini sedang menjadi topik utama, membuat mereka beromba lomba menjadi nomor satu dalam pemberitaannya, tapi sungguh terkadang berita tersebut dilebih-lebihkan dan juga tidak di imbangi dengan kemampuan jurnalisitik yang ada. Contohnya kemarin saya membaca artikel online dimana seorang gubernur sangat marah akibat penyelewengan perjanjian dalam interview tersebut. Selain itu reporter televisi tersebut terlihat sangat tidak pandai dalam menyampaikan beritanya dan membuat narasumber merasa terpojokkan. Sunguh kecewa setelah membaca itu, namun saat ini saya hanya mau menonton televisi berita yang saya percaaya.
Sore ini saya menonton berita di kompas tivi, kasihan sama kejadian banjir yang menimpa jakarta, namun yang saya lebih soroti adalah permasalahan waarga jakarta yang tidak mau pindah ke rusunawa dengan alasan tidak mau pisah dengan harta bendanya. Selain itu ada juga yang meminta mentahnya dibandingkan dipindah. Padahal kenyataannya rusunawa tersebut sangatlah bagus, punya fasilitas lengkap, mungkin memang jauh karena rusunawa tersebut tidak banjir. Coba kalau rusunawa dekat dengan permukiman mereka, pasti rusunawa juga kena banjir dong? Ohya kenyataan lain adalah mereka tinggal di bantaran sungai, dimana setiap tahun pasti kena banjir. Sudah tidak aman, tidak nyaman karena sempit, dan juga kawasan yang sangat padat.
Saat banjir selain saya melihat air, saya juga melihat sampah dimana-mana, lumpur juga tak urung ikut memenuhi kawasan banjir. Terlihat kotor, tentu, namun ketika saya melihat masyarakatnya, mereka tak urung untuk mau dipindahkan. Sungguh sebenernya saya bingung, ketika Jakarta, yang sejak lama sudah memiliki permasalahan seperti itu, tapi sampai saat ini masih belum terselesaikan. Kemudian ada solusi yang baik, tapi masyarakatnya gak mau.
Ketika adanya pemilihan gubernur, semua menginginkan hal yang sama, Jakarta tanpa banjir, Jakarta tanpa macet. Namun apa yang terlihat saat ini? Dengan kepala pemerintahan yang baru, semua ditangani dengan cepat, saya cukup terkesan dengan gaya ‘blusukan’ yang dimiliki Jokowi. Misalnya saat itu saya baca di twitter, renovasi bangunan tersebut PU meminta waktu selama 1bulan, namun dengan adanya Jokowi yang langsung turun ke jalan, renovasi tersebut hanya memakan waktu 5 hari ! sungguh betapa beruntungnya Jakarta memiliki gubernur yang baru ini. Mungkin belum dapat menyelesaikan semuanya, namun setidaknya dari yang sedikit lebih terlihat baik dibandingkan hanya berbicara.
Dan yang sangat saya sayangkan adalah masyarakatnya. Please deh, (kalau bahasa gaul saya) sudah diberikan solusi rusunawa, sudah cepat penanganannya, namun mengapa mereka masih enggan untuk mendengarkan dan mengikuti sarannya?harta?apakah kalau kalian meninggal harta akan dibawa mati?
Menurut saya (yang punya ilmu sedikit ini) merupakan moment yang tepat untuk merombak Jakarta. Bukan hanya solusi banjir, tapi jika ini semua dapat berjalan dengan baik, kerjasama yang baik antara Pemerintah dan masyarakat, maka saya yakin Jakarta akan lebih baik dan InsyAllah tidak akan terulang kembali masalah banjir tersebut.
Berdasarkan dosen saya, Mr. Agam Marsoyo, bencana itu bukanlah suatu masalah, namun akan menjadi masalah jika bencana tersebut berada di tengah kota atau bencana tersebut menelan korban. Contoh, longsor di gunung akan menjadi masalah jika longsor tersebut berada di pegunungan (wonosobo, puncak, dll). Dengan adanya bencana ini saya semakin meyakini, perencanaan bukanlah suatu profesi yang mudah. Planner haruslah dapat mengayomi masyarakatnya, harus dapat membuat kebijakan yang dapat dipercaya oleh warganya. Selain itu perencana juga harus memiliki banyak ilmu, banyak faktor yang harus dilihat, atau bahasa kerennya adalah multidisipliner.
Yah teryata tidak semudah itu, saya akhir2 kemarin juga membaca. Berhati-hatilah kalian sebagai planner, karena apa yang terjadi saat ini merupakan akibat dari perencanaan masa lalu, sehingga apa yang kita rencanakan hari ini, maka juga harus memikirkan akibatnya pada hari esok.  Semua ini dinamis, tak pernah ada standar tertentu dalam merencanakan suatu daerah, karena setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Kita harus dapat memasuki daerah tersebut, harus dapat membaur bersama objek perencana kita. Objek perencana kita bukan hanya benda mati (bangunan kota,transportasi,dll) namun kita juga turut merencanakan manusia di dalamnya.
Sekian semoga dapat menjadi renungan :D salam planner !
Kamar,
Kamis, 24 Januari 2013, 18:02

3 komentar:

  1. jakarta enaknya dibangun ulang meg, jakarta tuh luas loh hahaha

    BalasHapus
  2. ecoearth
    berpikir pada solusi bukan berpikir pada masalah

    BalasHapus
  3. harus tau masalah dulu baru bisa mencari solusi. solusinya?harus ada integrasi dari pemerintah dan masyarakatnya :)
    trims sudah mampir

    BalasHapus